Taman Nasional Yala, Sri Lanka

5. Deskripsi

Terletak sekitar 300 kilometer dari Kolombo, ibu kota Sri Lanka, Taman Nasional Yala membentang seluas 979 kilometer persegi di Uva dan provinsi Selatan Sri Lanka tenggara, menjadi taman nasional terbesar kedua di negara itu. Taman Nasional Yala dibagi menjadi lima blok, dua di antaranya terbuka untuk wisatawan. Meskipun pariwisata di taman menderita karena serangan teroris di masa lalu dan sebagian besar taman juga rusak oleh tsunami 2004, Taman Nasional Yala terus menjadi tujuan pengamatan satwa liar paling populer di negara itu karena koleksi yang kaya dan unik flora dan fauna.

4. Peran Historis

Sesuai penemuan arkeologis dan teks-teks kuno, jelaslah bahwa wilayah di dalam dan sekitar Taman Nasional Yala modern berfungsi sebagai rumah bagi peradaban kuno yang canggih seperti peradaban Indo-Arya. Situs arkeologi seperti Magul Viahara ditemukan di sini dibangun sekitar 87 SM. Sistem pertanian kuno yang berkembang dengan baik juga ada di wilayah tersebut sebagaimana terbukti dengan ditemukannya tangki kuno di lokasi tersebut. Taman Nasional Yala (saat itu tidak dikenal dengan nama ini) disebutkan dalam akun penjelajah Eropa seperti Cipriano Sanchez dan perwira Inggris kolonial Sri Lanka (saat itu Ceylon) seperti Ketua Pengadilan Ceylon, Sir Alexander Johnston. Pada tahun 1900, Ordonansi Hutan menciptakan cagar hutan seluas 389 kilometer persegi, termasuk bagian dari area yang akan menjadi Taman Nasional Yala di masa depan. Perburuan dilakukan di hutan antara Palatupana dan Yala. Hutan menerima status taman nasional itu, yang dikenal sebagai Taman Nasional Yala pada tahun 1938, dengan implementasi ketentuan dari Undang-undang Perlindungan Flora dan Fauna.

3. Pariwisata dan Pendidikan

Taman Nasional Yala adalah tujuan wisata favorit bagi pecinta satwa liar dari seluruh dunia. Sesuai laporan dari Otoritas Pengembangan Pariwisata Sri Lanka, taman nasional menerima langkah kaki turis yang mengejutkan dari 236.700 wisatawan domestik dan 142.714 wisatawan internasional pada tahun 2013. Ini menghasilkan pendapatan pariwisata jutaan dolar untuk negara tersebut. Pengunjung Yala memiliki berbagai pilihan kegiatan yang dapat mereka lakukan sendiri saat berada di taman. Situs berkemah tersedia di lokasi yang aman di taman untuk berkemah di luar ruangan. Mengamati burung adalah salah satu kegiatan populer di sini untuk pecinta burung karena taman ini menyajikan sejumlah besar spesies burung bermigrasi dan langka yang unik bagi mereka yang tertarik untuk mengamati dan memotret keindahan terbang ini. Safari satwa liar di atas gipsi mungkin merupakan aktivitas paling didambakan di taman nasional yang memungkinkan wisatawan untuk melihat fauna langka di taman termasuk sejumlah besar spesies mamalia yang terancam. Berjalan kaki di pantai dimungkinkan di lokasi tertentu di taman yang terbuka untuk umum. Situs ziarah Magul Vihara dan Sithulpahuwa di taman juga menawarkan pengalaman spiritual bagi para pengunjung.

2. Habitat dan Keanekaragaman Hayati

Iklim Taman Nasional Yala adalah tipe semi-kering kering dengan suhu musim panas rata-rata sekitar 30 ° C pada bulan April dan suhu musim dingin rata-rata sekitar 26, 4 ° C pada bulan Januari. Curah hujan diterima selama periode monsun timur laut. Ketersediaan air di badan air di taman nasional menunjukkan variasi musiman yang tinggi dengan banyak pasokan air setelah musim hujan dan air kering selama musim kemarau. Berbagai jenis vegetasi juga menentukan ekosistem taman. Hutan monsun kering dan basah, hutan duri, hutan gugur, lahan basah, vegetasi pantai adalah beberapa ekosistem Taman Nasional Yala. 215 spesies burung termasuk 7 spesies endemik ditemukan di taman. Dari 44 spesies mamalia yang ditemukan di sini, macan tutul Sri Lanka, monyet toque, beruang sloth Sri Lanka, kukang merah, dan gajah Asia (gambar di atas) adalah beberapa spesies yang terkenal. 47 reptil termasuk 6 spesies endemik yang mendiami taman ini termasuk selat Sri Lanka yang sangat berbisa, ular terbang Sri Lanka, kura-kura laut yang terancam punah, perampok, dan buaya air asin. 18 amfibi, 21 spesies air tawar, dan sejumlah besar invertebrata juga ditemukan di Taman Nasional Yala.

1. Ancaman dan Konservasi Lingkungan

Seperti kebanyakan wilayah alami lainnya di dunia, Taman Nasional Yala, meskipun dilindungi oleh hukum, tidak tanpa ancaman dari campur tangan manusia. Perburuan liar yang merajalela dilaporkan di taman ini. Ada insiden di masa lalu di mana sipir taman telah dibunuh oleh pemburu kejam. Kantong-kantong tanah hutan telah digali untuk memberi jalan bagi penambangan permata ilegal. Vegetasi juga telah dibuka di area besar taman nasional untuk kegiatan pertanian, pembalakan komersial, dan kegiatan penggembalaan hewan. Nelayan yang tinggal di sekitar taman tersebut telah dikaitkan dengan kasus perburuan ilegal dan penangkapan spesies penyu langka untuk daging. Pariwisata juga memiliki dampak buruk pada lahan hutan di mana kendaraan wisata telah sangat mencemari udara taman nasional dan wisatawan yang tidak bertanggung jawab sering meninggalkan sampah di taman, yang menimbulkan ancaman bagi satwa liar taman. Pertumbuhan spesies tanaman asing invasif di Taman Nasional Yala juga mengancam spesies tanaman asli taman tersebut. Beberapa langkah telah diambil oleh Departemen Konservasi Satwa Liar pemerintah Sri Lanka untuk mengekang ancaman terhadap Taman Nasional Yala. Pagar listrik telah dibangun untuk menghalangi pergerakan gajah ke daerah yang dihuni manusia untuk menghindari konflik manusia-hewan. Perambahan manusia ke tanah yang dilindungi dan penggunaan tanah tersebut untuk penggembalaan ternak juga dipantau secara ketat oleh otoritas taman nasional yang bersangkutan.