Sungai Tagus

Deskripsi

Sungai terpanjang di Semenanjung Iberia, Sungai Tagus sepanjang 1.038 kilometer muncul di Sierra de Albarracín di Spanyol timur dan mengalir ke barat melintasi Spanyol melewati Teruel, Meseta, dan Toledo untuk membentuk bagian dari perbatasan Spanyol-Portugis. Tagus kemudian masuk ke Portugal, mengalir ke barat daya hingga mengalir ke Samudra Atlantik tidak jauh dari Lisbon. Sungai Tagus mengalirkan area seluas 80.100 kilometer persegi di sepanjang jalurnya, dan membentuk muara ekonomi yang signifikan di mulutnya dekat Lisbon. Sebagian besar anak-anak sungai utama bergabung dengan Tagus di tepi kanannya, dan Sungai Alagón dan Jarama adalah dua dari anak-anak sungainya.

Peran historis

Sungai Tagus, menjadi salah satu sungai utama di Semenanjung Iberia, memainkan peran penting sepanjang sejarah dalam mendorong pertumbuhan pemukiman di wilayah tersebut. Selama berabad-abad, sungai telah berfungsi sebagai jalur kehidupan bagi orang-orang yang menetap di daerah aliran sungai, dan dengan demikian juga berperan dalam pengembangan kekaisaran Spanyol dan Portugis. Pada 1606, Nossa Senhora dos Mártires, atau Pepper Wreck , melihat sebuah kapal kargo karam di mulut sungai dekat Lisbon ketika kapal itu menabrak batu di dekat pantai dan tenggelam. Hingga 2008, kapal itu tetap satu-satunya kapal Indiaman Portugis yang diketahui rusak, bukan oleh pemburu harta karun atau bajak laut, tetapi oleh kecelakaan laut yang sebenarnya. Sungai Targus, karena signifikansinya dalam kehidupan Spanyol dan Portugis, juga sering disebutkan dalam banyak lagu, puisi, dan tulisan-tulisan oleh orang-orang di Semenanjung Iberia.

Signifikansi modern

Muara Sungai Tagus berfungsi sebagai salah satu pelabuhan terbaik di seluruh Eropa, dan memiliki salah satu jembatan gantung terpanjang di benua itu, Ponte 25 de Abril, yang panjangnya 3.323 kaki. Bagian sungai yang sangat kecil, di bagian bawahnya, dapat dilayari, sementara sebagian besar aliran sungai melewati ngarai yang dalam yang terganggu oleh air terjun. Bendungan dan pembangkit listrik tenaga air umum di Tagus dan, pada 1980-an, 60 bendungan ada di sungai, dengan kapasitas daya terpasang lebih dari 1.200.000 kilowatt. Bendungan melayani tujuan ganda menyediakan air untuk mengairi lahan pertanian di sepanjang DAS serta menghasilkan listrik untuk pemukiman yang tinggal di dekat sungai. Pertanian sereal dan pertumbuhan pohon zaitun dan kebun anggur adalah kegiatan pertanian penting di dekat lembah sungai. Hutan konifer di hulu sungai mendukung industri kayu yang berkembang.

Habitat dan Keanekaragaman Hayati

Iklim di seluruh lembah Sungai Tagus bersifat semi-kering di bagian hulu dan tengahnya sementara ke arah muara, iklim samudra berlaku. Hutan jenis pinus dan oak tumbuh di bagian hulu DAS meskipun sekitar sepertiga lahan DAS ini telah ditebang untuk pertanian. Ikan mas kerajaan, black bass, trout, dan barbels adalah beberapa ikan yang ditangkap di Tagus dan reservoirnya. Spesies mamalia seperti ibex Pyrenean dan rusa fallow, dan fauna unggas seperti grouse pasir, creeper dinding, dan raptor, mungkin terlihat di sepanjang lembah sungai. Ekosistem lahan basah dekat muara Cagar Tagus dilindungi sebagai Cagar Alam Muara Tagus dengan signifikansi ekologis yang tinggi. Beberapa spesies burung yang bermigrasi, termasuk alpukat Pied, Greater flamingo, Dunlin, Gray-lag goose, Blue-tenggorokan, Little egret, layang-layang bersayap Hitam, dan Boot elang, dapat diamati di wilayah ini. Selain burung, muara juga sangat kaya akan keanekaragaman spesies serangga dan ikan.

Ancaman Lingkungan dan Sengketa Wilayah

Polusi dan perusakan adalah dua ancaman utama bagi Sungai Tagus dan habitatnya yang liar. Sungai Tagus menyediakan air minum untuk jutaan orang yang menetap di sepanjang tepiannya, tetapi sumber daya ini berada di bawah risiko tercemar berat karena air dari sumber-sumber industri dan kota sering membuang limbah mereka ke perairan sungai. Perusakan sungai yang luas juga berdampak pada aliran alami sungai, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan erosi tepiannya di aliran sungai yang lebih rendah, dan juga berdampak buruk pada migrasi spesies ikan di sepanjang sungai.