Seberapa Besar Danau Tanganyika?

Deskripsi

Danau Tanganyika yang memiliki panjang 660 kilometer dan sedalam 4.710 kaki adalah danau air tawar terpanjang di dunia, dan yang terdalam kedua setelah Danau Baikal di Rusia. 18% dari sumber daya air tawar dunia dipegang di dalam Danau Tanganyika. Danau ini menempati wilayah milik empat negara Afrika yaitu Tanzania, Burundi, Zambia, dan Republik Demokratik Kongo (DRC), dan membentuk perbatasan antara Tanzania dan DRC. Danau itu meliputi area seluas 32.900 kilometer persegi, dan airnya mengalir ke sistem Sungai Kongo, yang akhirnya memasuki Samudra Atlantik. Malagarasi, Ruzizi, dan Kalambo adalah sungai terbesar yang mengalir ke Danau Tanganyika.

Peran historis

Danau Tanganyika terbentuk sekitar 12 juta tahun yang lalu saat pembentukan Great Rift Valley. Sesuai cerita rakyat, suku Ha di Afrika mungkin adalah orang Bantu Afrika pertama yang mendiami wilayah sekitar danau, pertama kali melakukannya hampir 2.000 tahun yang lalu. Danau itu juga digunakan sebagai rute budak oleh para pedagang Arab untuk mengangkut budak melintasi danau ke Ujiji. Dari Ujiji, para budak berjalan sejauh 1.200 kilometer ke Samudra Hindia untuk dikirim pergi. Richard Burton dan John Hanning Speke adalah penjelajah Eropa pertama yang tiba di Danau Tanganyika pada tahun 1858. Danau itu juga merupakan situs dari dua pertempuran penting dalam sejarah. Selama Perang Dunia I, Jerman, yang memiliki kendali penuh atas danau, menggunakannya sebagai pangkalan untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Sekutu. Pasukan Sekutu juga melawan dengan menggunakan pasukan angkatan laut mereka untuk menghancurkan kapal dan kapal Jerman di danau. Pada tahun 1965, Danau Tanganyika juga digunakan oleh Che Guevara, seorang revolusioner dari Argentina, untuk melatih pasukan gerilya.

Signifikansi modern

Perikanan merupakan sumber pendapatan terbesar untuk mendukung mata pencaharian orang-orang yang berbasis di sepanjang Danau Tanganyika, dengan lebih dari 100.000 orang Afrika terlibat langsung dalam penangkapan ikan di perairan danau. Lebih dari 1 juta orang yang tinggal di sini bergantung pada ikan yang mendarat dari danau sebagai sumber 25-40% dari protein makanan mereka. Ikan dari danau ini juga diekspor ke sebagian besar negara tetangga di Afrika Timur. Penangkapan ikan komersial skala besar di perairan danau dimulai pada 1950-an dan, pada 1995, total ikan yang ditangkap diperkirakan sekitar 196.570 ton per tahun. Perdagangan antara negara-negara tepi pantai yang berbatasan dengan danau juga difasilitasi oleh transportasi barang melintasi danau antara negara-negara ini. Hutan yang didukung oleh danau merupakan sumber penting kayu bakar, arang, dan hasil hutan lainnya untuk negara-negara berkembang ini. Secara ekologis, danau ini adalah salah satu ekosistem air tawar paling berharga di dunia, dan sumber daya hayati yang signifikan untuk mempelajari evolusi spesies.

Habitat dan Keanekaragaman Hayati

Lebih dari 2.000 spesies tumbuhan dan hewan, termasuk 600 spesies endemik, mendiami Danau Tanganyika. 250 spesies ikan cichlid dan 75 ikan non-cichlid ditemukan di perairan danau. Ikan sarden Tanganyika dan predator Lates mendominasi zona pelagis danau. 98% spesies ikan cichlid dan 59% spesies ikan non-cichlid di danau bersifat endemik. Selain ikan, spesies invertebrata danau juga menunjukkan tingkat endemisme yang tinggi. Dari 68 spesies siput air tawar, 45 adalah endemik dan lebih dari setengah dari 200 spesies krustasea yang ditemukan di sini juga endemik. Beberapa spesies mamalia terkenal yang menempati habitat hutan di sepanjang Danau Tanganyika termasuk simpanse dan kuda nil. Buaya juga ditemukan di perairan danau. Dua tanah yang dilindungi, yaitu Taman Nasional Gombe Stream dan Taman Nasional Pegunungan Mahale, terletak di pantai timur danau, dan terkenal dengan populasi simpanse mereka.

Ancaman Lingkungan dan Sengketa Wilayah

Saat ini, spesies air Danau Tanganyika berada di bawah ancaman ekstrem dari aktivitas manusia yang eksploitatif. Memang, penangkapan ikan komersial skala besar telah sangat menghabiskan sumber daya alam danau. Penggundulan hutan besar-besaran di sekitar danau, dan penggunaan praktik pertanian yang buruk, sering ketinggalan zaman, di lahan pertanian yang berbasis di sepanjang tepi danau, telah membebani perairan Tanganyika dengan sejumlah besar sedimen, dan ini menghambat pertumbuhan vegetasi air, sehingga mengganggu rantai makanan ekosistem danau. Perubahan iklim menimbulkan risiko lebih lanjut ke danau, karena kenaikan suhu mencegah pencampuran yang tepat dari air danau, suatu proses yang sangat penting untuk distribusi nutrisi ke berbagai spesies yang mendiami kedalaman danau. Ini bisa memiliki efek yang menghancurkan pada spesies ikan di danau, serta populasi manusia di pantainya dan sekitarnya.