Gerakan Pride Gay dan LGBT

Gambaran Umum, Keyakinan, dan Lingkungan Pengaruh

Gay Pride merayakan martabat, persamaan hak, keragaman seksual, dan variasi gender. Gerakan sosial ini mempromosikan komunitas di antara orang-orang lesbian, gay, biseksual, dan transgender dan menggunakan bendera pelangi sebagai simbol utamanya. LGBT Pride telah menarik perhatian individu, institusi agama, dan pemerintah di seluruh dunia. Aktivis berusaha untuk mencapai kesetaraan dalam hak-hak sipil, pendidikan, dan kebebasan berbicara dan mencari perlindungan terhadap kejahatan rasial. Gerakan ini telah dan akan terus berpengaruh dalam mencapai kemajuan sosial bagi komunitas LGBT.

Sejarah Gerakan

Kerusuhan Stonewall terjadi sebagai reaksi atas penggerebekan polisi di Stonewall Inn pada 28 Juni 1969. Protes ini muncul setelah puluhan tahun legislasi anti-gay, dan Stonewall Inn adalah salah satu dari sedikit bisnis publik yang secara terbuka menerima komunitas gay. Serangan polisi khusus ini (yang biasa terjadi di tahun 60-an) disambut dengan perlawanan keras dari para pelindung bar. Pemberontakan berlanjut selama beberapa malam, dan gerakan inilah yang menandai tonggak penting dalam pengorganisasian hak-hak kaum gay. Satu tahun kemudian, sekitar 5.000 aktivis mengadakan parade hak-hak gay pertama di New York.

Kontribusi dan Prestasi

Perjuangan untuk hak-hak LGBT telah menantang, dan perjuangan berlanjut hingga hari ini. Meskipun itu tidak berarti bahwa para pendukung hak-hak gay belum mencapai kemajuan yang luar biasa. Dari tahun 1970, negara-negara bergerak ke arah dekriminalisasi perilaku seksual sesama jenis dan memasukkan perlindungan orientasi seksual dalam undang-undang hak-hak sipil mereka. Pemerintah federal mencabut larangan mempekerjakan individu gay secara terbuka pada tahun 1975. Lima tahun kemudian, partai Demokrat mengambil sikap mendukung hak-hak gay. Berkeley di California menjadi kota pertama yang menawarkan tunjangan kemitraan domestik kepada karyawan pada tahun 1984. Pada tahun 1993, Presiden Clinton memprakarsai gerakan untuk mencabut larangan gay dan lesbian di militer; sebagai gantinya, "Jangan Tanyakan, Jangan Katakan" diberlakukan yang memungkinkan mereka untuk melayani di dinas militer. Vermont, pada tahun 2000, secara resmi mengakui serikat sipil sesama jenis yang memulai rangkaian acara yang menyebabkan Mahkamah Agung memberikan hak federal untuk menikah bagi pasangan sesama jenis pada tahun 2015. Pada tahun 2003, Mahkamah Agung menolak "hukum sodomi" sebagai inkonstitusional, dan empat tahun kemudian DPR meloloskan RUU untuk memastikan hak yang sama di tempat kerja bagi individu gay, lesbian, dan biseksual.

Tantangan dan Oposisi

Meskipun Gay Pride adalah gerakan untuk kesetaraan, banyak organisasi dan individu menentang hak LGBT. Kelompok-kelompok yang menentang perlindungan hukum bagi komunitas gay sebagian besar konservatif secara sosial atau agama. Alasan mereka mengklaim untuk menentang kesetaraan LGBT berakar pada keyakinan agama, kecenderungan moral, homofobia, transphobia, dan ideologi politik. Alasan terakhir ini, ideologi politik, menghadirkan hambatan yang sangat menantang bagi para aktivis hak-hak gay sebagai perlindungan hukum, dan undang-undang anti-diskriminasi tergantung pada suara dan dukungan pejabat terpilih.

Signifikansi dan Warisan Modern

Gerakan Gay Pride mewakili warisan modern yang terus mendapatkan kekuatan dan dukungan untuk mempromosikan perlindungan hukum bagi semua orang di mana pun. Solidaritas komunitas LGBT tumbuh setiap tahun dan ini, pada gilirannya, mengarah pada kemajuan yang lebih signifikan. Dengan lebih banyak pendukung, kemungkinan melakukan perubahan meningkat terus menerus. Gerakan Gay Pride sangat penting bahkan hingga hari ini karena perjuangan untuk kesetaraan belum berakhir; aktivis saat ini sedang menulis sejarah hak asasi manusia.