Dimanakah Sungai Niger?

5. Deskripsi

Panjang Sungai Niger sekitar 4.100 kilometer, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), menjadikannya sungai terbesar ketiga di Afrika setelah Sungai Nil dan Kongo. Di Afrika Barat, itu adalah sungai terpanjang dan terbesar, dan dijuluki "Boomerang River" karena bentuknya yang seperti ular. Niger, Guinea, Pantai Gading, Mali, Burkina Faso, Aljazair, Benin, Chad, Kamerun, dan Nigeria adalah sepuluh negara Afrika yang dilalui sungai. Cekungan Sungai Niger mencakup 7, 5 persen dari benua Afrika, dan anak sungainya adalah Sungai Benue. Sumber Sungai Niger adalah 150 mil ke daratan dari Samudra Atlantik, dari mana sungai berbelok ke gurun Sahara, berbelok ke kanan tajam di dekat kota Timbuktu Mali, dan kemudian mengalir ke tenggara ke Teluk Guinea.

4. Peran Historis

Orang Eropa pertama yang menemukan Sungai Niger adalah Taman Mungo pada tahun 1790-an. Namun, Lander Brothers, Richard dan John, adalah orang Eropa pertama yang mengikuti sungai sampai ke delta. Ibukota Mali, kota Bamako, dibangun di kedua sisi Sungai Niger. Kota itu muncul pada abad ke-19, ketika kolonialis Prancis menetap di sepanjang sungai. Bamako pada waktu itu hanyalah sebuah desa kecil dengan beberapa penduduk lokal, tetapi ia tumbuh selama bertahun-tahun, sebagian besar karena kepentingan ekonomi Sungai Niger. Sungai itu digunakan untuk transportasi, memancing, berkebun pasar, ekstraksi pasir, dan sebagai rute perdagangan, menurut Royal Geographical Society.

3. Signifikansi Modern

Di zaman modern, Sungai Niger menopang populasi yang diperkirakan berjumlah lebih dari 100 juta di negara-negara yang dilaluinya. Pertanian dan perikanan adalah bentuk mata pencaharian dan kegiatan ekonomi yang paling umum di sepanjang sungai. Menurut Wetlands International, ketika Sungai Niger banjir setiap tahun, Delta Niger Bagian Dalam di Mali saja menyediakan ikan, di samping air untuk keperluan rumah tangga dan pertanian, kepada sekitar 1, 5 juta orang. Sungai ini memiliki potensi irigasi lebih dari 2, 8 juta hektar juga, menurut perkiraan FAO. Ada juga hampir 250 spesies ikan air tawar di sungai, 20 di antaranya hanya ditemukan di seluruh dunia, menjadikannya endemik di kawasan itu, menurut World Wildlife Fund (WWF). Jutaan burung yang bermigrasi juga bergantung pada sungai untuk makanan musiman dan tempat berlindung.

2. Habitat

Ada beragam habitat di sepanjang aliran Sungai Niger. Selain mendukung orang dan ternak mereka, habitat ini beragam dengan flora dan fauna. Rawa-rawa, danau, dan saluran delta di sini mendukung banyak spesies burung palearctic dan lahan basah yang bermigrasi, serta mamalia seperti manatee Afrika Barat (atau sapi laut) dan kuda nil Pygmy. Unggas air, kuntul, spoonbill, crane hitam dinobatkan, dan ibis adalah spesies burung lain yang tersebar di ekosistem luas Sungai Niger, di samping finch, non-lahan basah, finch api Mali. Di Delta Niger bagian dalam, vegetasi yang terendam, terendam sebagian, dan marginal marak di sana, di samping mekar alga yang menghiasi danau. Rumput seperti Acroceras, Amplectens, Echinochloa pyramidalis, dan Erasgrostis atroviriens ditemukan di dataran banjir dataran rendah Delta Sungai Niger. Pohon, seperti spesies Diospyros, Kigelia Africana, Acaicia nilotica, dan Mimosa asperata, juga tumbuh di sepanjang Sungai Niger.

1. Ancaman dan Perselisihan

Seluruh Delta Sungai Niger dan ekosistemnya menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh eksplorasi minyak dan gas, penggundulan hutan, polusi industri, perluasan populasi, urbanisasi, industrialisasi, erosi pantai, penambangan pasir, dan invasi eceng gondok pada flora asli, menurut WWF. Aliran air terus berada di bawah ancaman di sini juga, karena bendungan lebih lanjut masih sedang diusulkan untuk dibangun untuk menghasilkan tenaga listrik tenaga air dan untuk mengairi lahan pertanian. Ini lebih jelas di bagian atas Niger di Guinea, Conakry, dan Mali Selatan, di mana air yang dimaksudkan untuk Delta Niger bagian dalam dialihkan. Aktivitas manusia ini telah mengakibatkan berkurangnya level air dan kelangkaannya bagi manusia, dan perubahan habitat bagi satwa liar. Ini telah menempatkan mata pencaharian banyak rumah tangga di sepanjang daerah yang terkena dampak terancam, serta kehidupan ternak dan satwa liar. Menurut WWF, setiap tahun populasi di sepanjang sungai meluas dengan laju rata-rata 3 persen, dengan demikian memberikan tekanan yang sangat besar pada sumber daya alam Lembah Sungai Nil. Pada tahun 1985, aktivitas manusia ini berkontribusi pada mengeringnya sungai selama beberapa minggu di Malanville di Republik Benin, meskipun ini mungkin hanya peringatan akan datangnya bencana yang lebih besar jika masalah ini tidak ditangani di dan sekitar Sungai Nil.