Dimanakah Selat Bab El-Mandeb?

Deskripsi

Selat Bab el-Mandeb adalah selat yang sangat strategis dan penting secara ekonomi, yang menghubungkan Laut Merah di barat laut dengan Teluk Aden dan Samudra Hindia di tenggara. Selat itu juga memisahkan Arabia di timur laut dari benua Afrika di barat daya. Bab el-Mandeb selanjutnya bertindak sebagai penghubung antara Samudra Hindia dan Laut Mediterania melalui Laut Merah dan Terusan Suez. Selat ini dibagi menjadi dua saluran oleh pulau Perim Yaman, dengan saluran timur disebut Selat Alexander dan lebarnya sekitar 3 kilometer, sedangkan Kanal Dact-el-Mayun di sebelah barat memiliki lebar 26 kilometer.

Peran historis

Diyakini bahwa di dunia kuno, selat Bab el-Mandeb jauh lebih dangkal daripada sekarang, memungkinkan migrasi manusia modern paling awal melintasi selat. Sesuai pengetahuan lokal, ada kemungkinan bahwa selat tersebut berfungsi sebagai rute masuknya penutur Semit Ge'ez ke Afrika sekitar tahun 1900 SM. Pada periode antara 100 dan 940 M, Kekaisaran Aksumite memerintah wilayah yang sekarang bernama Eritrea dan Ethiopia Utara, dan memegang Bab el-Mandeb di bawah kendali mereka. Pada 1799, Pulau Perim di selat itu ditangkap oleh Inggris, yang kemudian mendirikan mercusuar di pulau itu pada tahun 1861, memungkinkan Inggris untuk mengerahkan pengaruh mereka pada rute perdagangan strategis di sepanjang Bab el-Mandeb. Nama selat itu, Bab el-Mandeb, berarti "Gerbang Air Mata" dalam bahasa Arab, merujuk pada sejumlah besar bangkai kapal yang terjadi di wilayah ini. Legenda Arab juga berbicara tentang penenggelaman besar-besaran orang di perairan Bab el-Mandeb selama gempa bumi yang memisahkan daratan Arab dari Ethiopia.

Signifikansi modern

Bab el-Mandeb berfungsi sebagai rute perdagangan minyak strategis antara Timur Tengah dan negara-negara Eropa. Ini memungkinkan koneksi langsung antara Teluk Persia dan Laut Mediterania melalui Terusan Suez. Penutupan selat ini dengan demikian akan memaksa tanker minyak dari Teluk Persia untuk menavigasi sepanjang ujung selatan Afrika menuju utara untuk mencapai negara-negara Uni Eropa, menelan kerugian besar dalam hal waktu dan uang. Selain minyak, selat juga berfungsi sebagai rute navigasi untuk kapal non-minyak yang bergerak antara Timur Tengah dan negara-negara Mediterania. Saat ini, sebuah jembatan, yang secara prospektif dinamai 'Jembatan Tanduk', telah diusulkan untuk dibangun di Selat Bab el-Mandeb antara pantai Yaman dan Dibjouti.

Habitat dan Keanekaragaman Hayati

Bab el-Mandeb mendukung kawasan ekologi Gurun Pesisir Eritrea di sepanjang pantainya. Iklim di wilayah ini panas dan kering, dengan curah hujan kurang dari 100 milimeter jatuh setiap tahun di sana. Suhu maksimum 33 ° Celcius dimungkinkan, meskipun kondisi yang lebih dekat dengan suhu rata-rata 27 ° Celcius berlaku di wilayah tersebut. Lansekap wilayah pesisir di kawasan ekologi ini terdiri dari dataran datar yang tertutup pasir dan kerikil, dengan singkapan berbatu dan beberapa terumbu karang tua ditemukan di sepanjang garis pantai. Tidak banyak keanekaragaman hayati yang didukung di habitat ini. Rusa Dorcas, rusa Soemmerring, dan dikdiks Salt adalah beberapa spesies umum dari ekosistem ini. Selat Bab el-Mandeb dan wilayah Laut Merah yang berdekatan, menyaksikan beberapa migrasi burung berskala besar, seperti burung elang stepa dan elang stepa di musim gugur. Padang rumput stepa, tumbuhan, dan semak terdiri dari vegetasi daerah pesisir, dan beberapa spesies tanaman halofit juga tumbuh di sepanjang pantai. Populasi manusia di kawasan ekologi ini jarang, dan sebagian besar terbatas pada desa-desa nelayan kecil di sepanjang garis pantai.

Ancaman Lingkungan dan Sengketa Wilayah

Ancaman lingkungan dan teritorial mendominasi wilayah di sekitar Selat Bab el-Mandeb. Perburuan rusa, burung laut bersarang, dan spesies penyu yang terancam punah di kawasan Gurun Pesisir Eritrea mengancam kelangsungan hidup hewan-hewan ini. Juga, ancaman masa depan dari kegiatan pembangunan di sepanjang garis pantai dan penggembalaan ternak yang dipelihara oleh populasi manusia yang meningkat juga mengancam habitat wilayah tersebut. Selain ancaman ekologis, keselamatan dan keamanan perusahaan asing yang aktif di wilayah Bab el-Mandeb juga merupakan bidang yang menjadi perhatian utama. Jalur air melalui selat telah dieksploitasi oleh beberapa kekuatan politik di masa lalu sebagai senjata untuk menyebabkan kerugian finansial bagi musuh-musuh mereka. Selama Perang Yom Kippur, pasukan Mesir sepenuhnya memblokir impor dan ekspor barang dari Israel dengan menutup selat Bab el-Mandab. Pada tahun 2002, sebuah kapal tanker Prancis diserang oleh teroris di lepas pantai Yaman. Yaman juga menggunakan jalur air selat untuk memperdagangkan minyak dan produk minyaknya, dan setiap hambatan untuk pergerakan bebas di selat ini akan menyebabkan bencana keuangan bagi Yaman, dan juga mempengaruhi harga minyak dan minyak di seluruh dunia.