Apa itu Ideologi Familialisme?

Juga dikenal sebagai familisme, familialisme adalah sistem kepercayaan yang memprioritaskan keluarga. Dalam sistem ini, ada anggapan bahwa keluarga akan mengurus anggotanya sendiri dan tidak meneruskan tugas itu kepada pemerintah. Dalam masyarakat barat, keluarga biasanya dipandang sebagai satu kesatuan yang terdiri dari satu ayah, satu ibu, dan anak atau anak-anak mereka (atau dikenal sebagai keluarga inti). Unit ini adalah pemesanan utama peradaban operasional dan masyarakat di barat. Keluarga inti kemudian membentuk basis untuk keluarga besar yang terdiri dari generasi yang berbeda. Namun, familialisme barat biasanya menentang bentuk keluarga lain dan kehidupan sosial yang muncul di dunia modern seperti orang tua tunggal dan orang-orang dalam komunitas LGBTQ.

Kekristenan Barat

Diakui, familialisme memiliki banyak kritik yang telah memberikan ideologi ini beberapa nama seperti reaksioner, konservatif, dan bahkan destruktif. Gagasan bahwa keluarga adalah prioritas dalam kaitannya dengan politik negara dapat ditelusuri sampai ke pendapat Socrates-Platonik tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Gagasan ini terutama benar ketika datang ke monarki. Raja berharap rakyatnya menghormati mahkota dan orang yang memakai mahkota dengan cara yang sama seperti keluarga patriarkal beroperasi. Bentuk pemikiran ini mempromosikan aturan diktator karena ayah membuat semua aturan dan keputusan dan mereka harus diikuti tanpa bentuk perbedaan pendapat.

Di zaman modern, keluarga masih merupakan hal yang penting. Sarjana modern seperti Louis de Bonald menyamakan keluarga sebagai negara yang sangat kecil dengan ayah sebagai pemimpin, ibu yang menduduki posisi menteri, dan anak-anak adalah subyek. Ayah adalah yang kuat sedangkan anak adalah yang lemah. Perbedaan karakter dan kekuasaan ini dimediasi oleh ibu. Menurut Bonald, perceraian adalah fase pertikaian pertama di negara bagian. Saat otoritas tertinggi berselisih dengan medium, maka semuanya dilemparkan ke dalam kekacauan.

Kritik terhadap Familialisme Barat

Dalam praktiknya, beberapa kritikus menyatakan bahwa bentuk familialisme ini tidak menangkap kompleksitas penuh keluarga sebagai unit sosial. Dalam periode modern, tidak mungkin untuk menjamin bahwa pria akan mendapatkan upah yang cukup untuk memenuhi seluruh keluarga. Bahkan, dalam banyak kasus ibu adalah pencari nafkah keluarga.

Familialisme Barat juga gagal mengenali komunitas LGBTQ sebagai unit sosial. Dengan demikian, komunitas LGBTQ telah keras terhadap ideologi ini dan bahkan telah mendefinisikan familialisme barat sebagai ideologi yang kaku dan konservatif yang dipromosikan oleh individu yang mengabaikan semua bukti di sekitar mereka.

Kritik lain datang dari dunia psikiatri. Pada dasarnya, argumennya adalah bahwa sistem ini biasanya membebaskan orang tua dan menyalahkan semua, jika ada, pada anak sehingga secara negatif mempengaruhi perkembangan anak. Para sarjana seperti Karl Max juga mengkritik ideologi dengan menyebutnya sebagai sistem eksploitatif yang keras terhadap ibu dan anak-anak yang dianggap pekerja.

Familialisme dalam Politik

Dalam Familialisme, tanggung jawab jatuh pada keluarga untuk kesejahteraan dan kebutuhan ekonomi para anggotanya. Menariknya, istilah "nilai-nilai keluarga" telah digunakan secara berbeda oleh partai-partai Demokrat dan Republik di AS. Partai Demokrat mengacu pada "nilai-nilai keluarga" dalam mendukung cuti hamil, perawatan anak yang terjangkau, dan keluarga berencana seperti pendidikan seks dan hak-hak aborsi. Partai Republik, di sisi lain, umumnya menggunakan istilah "nilai-nilai keluarga" untuk merujuk pada peran tradisional wanita di rumah, pantang pendidikan, dan penentangan terhadap pernikahan sesama jenis, hubungan seksual di luar pernikahan, dan aborsi yang disahkan. Familialisme dalam politik juga dialami di negara-negara seperti Singapura dan Rusia.